PapuaOne.com – Menyambut Hari Bangsa Pribumi Internasional pada 9 Agustus 2025. Ketua Umum Dewan Adat Papua, Mananwir Beba Yan Pieter Yarangga mengajak seluruh masyarakat adat Papua di manapun berada untuk terus bersatu, menjaga tanah, menjaga adat, dan menjaga masa depan bersama.

Dalam keterangan tertulisnya, kepada PapuaOne.com, Mananwir Beba Yan Pieter Yarangga mengatakan, pada hari yang bersejarah ini, kita memperingati Hari Bangsa Pribumi Internasional, hari dimana dunia mengakui keberadaan dan peran penting masyarakat adat dalam menjaga warisan budaya, bahasa, dan nilai-nilai luhur yang telah hidup ribuan tahun lamanya.

“Tahun ini, kita dihadapkan pada sebuah tema yang menggugah: “Masyarakat Adat dan Kecerdasan Buatan: Mempertahankan Hak, Membentuk Masa Depan.” Saudaraku masyarakat adat Papua dan Nusantara. Kecerdasan buatan (AI) bukan lagi sekadar wacana masa depan. Ia telah hadir di tengah-tengah kita. Dari sistem pertanian cerdas, teknologi komunikasi, hingga pemantauan wilayah adat melalui satelit,” kata Ketua Umum Dewan Adat Papua. Jumat (8/8/2025).

Lebih jauh Ketua Umum Dewan Adat Papua, Mananwir Beba Yan Pieter Yarangga menyebut kecerdasan buatan (AI) bahwa teknologi ini membawa tantangan besar yaitu ; Ancaman terhadap hak-hak adat, Risiko penghilangan pengetahuan tradisional, dan potensi eksploitasi sumber daya alam dan budaya oleh pihak-pihak luar yang tidak memahami nilai-nilai adat.

Selain itu Ketua Umum Dewan Adat Papua, Mananwir Beba Yan Pieter Yarangga juga menyerukan kepada seluruh anak adat Papua dan seluruh masyarakat adat di Nusantara untuk:

  1. Terlibat aktif dalam percakapan tentang teknologi dan masa depan. Jangan hanya menjadi penonton. Kita harus menjadi bagian dari yang menentukan arah perkembangan teknologi, bukan hanya yang terkena dampaknya.
  2. Melindungi pengetahuan tradisional kita cerita leluhur, obat-obatan alami, hukum adat, dan kearifan lokal agar tidak dicuri atau dimanfaatkan tanpa izin oleh teknologi berbasis AI yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan besar.
  3. Bermitra dengan bijak, baik dengan lembaga pendidikan, pemerintah, maupun dunia usaha, untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi membawa manfaat nyata bagi masyarakat adat, bukan sebaliknya.
  4. Mendorong lahirnya generasi muda adat yang melek teknologi, tanpa kehilangan jati dirinya sebagai anak adat. Merekalah yang kelak akan menjadi jembatan antara dunia digital dan dunia adat.

“Hari ini adalah momentum untuk merebut kembali ruang, untuk menyuarakan bahwa masyarakat adat tidak tertinggal, tetapi mampu menavigasi masa depan dengan bijak, dengan tetap berpijak pada nilai-nilai adat yang sakral dan tidak tergantikan oleh mesin manapun,” tandasnya.

Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook