PapuaOne.com – Posisi Hamas pejuang di jalur Gaza kini mulai terdesak pasca muncul seruan Hamas untuk melucuti senjata dan melepaskan kendali atas Gaza dalam upaya mengakhiri konflik yang sedang berlangsung di wilayah Palestina dari negara-negara Arab, termasuk Qatar, Arab Saudi, dan Mesir.
Negara-negara Arab itu telah bersatu menentang keberadaan Hamas. Sikap yang belum pernah terjadi sebelumnya ini merupakan bagian dari deklarasi yang lebih luas yang didukung oleh 17 negara, bersama dengan Uni Eropa dan Liga Arab, dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berfokus pada upaya menghidupkan kembali solusi dua negara yang telah lama diupayakan antara Israel dan Palestina, seperti dilansir Middle East Monitor.
Upaya diplomatik baru ini mencerminkan dorongan internasional yang lebih luas untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung dengan membentuk kembali tata kelola wilayah Palestina dan mengisolasi Hamas, tetapi masih harus dilihat bagaimana para aktor yang berbeda akan merespons ke depannya.
Negara-negara Arab Meminta Hamas Mundur?
Negara-negara Arab telah meminta Hamas untuk melepaskan kendali atas Gaza sebagai bagian dari upaya untuk menghidupkan kembali solusi dua negara, yang telah lama ditolak oleh Israel. Dalam sebuah inisiatif bersama, seruan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini meminta Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaannya kepada Otoritas Palestina.
Seruan ini disampaikan dalam sebuah konferensi yang diselenggarakan bersama oleh Arab Saudi dan Prancis yang bertujuan untuk mempromosikan resolusi damai untuk masalah Palestina.
Pernyataan bersama tersebut menekankan bahwa pemerintahan, penegakan hukum, dan keamanan di seluruh wilayah Palestina harus berada di bawah yurisdiksi Otoritas Palestina, dengan dukungan dari pihak-pihak internasional.
Pernyataan tersebut secara khusus menguraikan bahwa untuk mengakhiri konflik di Gaza, Hamas harus mundur dari peran pemerintahan dan menyerahkan senjatanya kepada Otoritas Palestina, dengan dukungan masyarakat internasional untuk mencapai Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Selain itu, deklarasi tersebut mengutuk serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, dan mengusulkan pembentukan misi stabilisasi internasional sementara di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Beberapa negara anggota mengindikasikan kesediaan untuk menyumbangkan pasukan untuk misi ini.
Seruan ini menandai perubahan yang signifikan karena untuk pertama kalinya negara-negara Arab dan Muslim secara kolektif mengutuk terorisme yang terkait dengan Hamas dan menyatakan keterbukaan untuk menormalkan hubungan dengan Israel di masa depan. Mesir dan Qatar telah menjadi mediator dalam pembicaraan gencatan senjata dan menjaga hubungan dengan Hamas dan Israel, sementara Mesir mengusulkan untuk mengeluarkan Hamas dari pemerintahan di Gaza setelah konflik, dan menyarankan sebuah komite administratif sementara yang mengalihkan otoritas kepada Otoritas Palestina.
Arab Saudi terus mendukung solusi dua negara, dan Perancis berencana untuk melakukan pemungutan suara untuk mengakui negara Palestina dalam beberapa bulan mendatang, meskipun ada kritik dari Israel.
Sementara itu, Hamas belum menunjukkan niat untuk melepaskan kontrolnya atas Gaza, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap menentang solusi dua negara, dengan alasan keamanan.
Tanggapan Hamas?
Hamas telah menyatakan persetujuannya atas sikap positif yang diambil oleh berbagai pemerintah pada konferensi PBB di New York tersebut.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis, yang dikutip Al Mayadeen, Hamas memuji upaya internasional yang mendukung hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri. Mereka menyatakan pembentukan negara merdeka harus tanpa prasyarat apa pun. Namun, Hamas tidak mengomentari soal demiliterisasi yang dituntut oleh negara-negara Arab.
Gerakan ini juga menyoroti apresiasinya atas suara-suara yang mengadvokasi pemulihan hak-hak Palestina dan pembentukan negara Palestina yang berdaulat. Hamas menegaskan kembali bahwa perlawanan Palestina dan kepemilikan senjata merupakan hak nasional dan hukum yang sah, selama pendudukan Israel berlanjut.
Hamas menekankan bahwa hak ini diakui oleh hukum dan konvensi internasional, dan tidak dapat dilepaskan sampai Palestina memperoleh kedaulatan dan kemerdekaan penuh.
Hamas menggarisbawahi bahwa setiap inisiatif internasional yang sejati harus memprioritaskan pengakhiran perang pemusnahan dan pembersihan etnis yang sedang dilakukan oleh pendudukan Israel. Mereka menuntut penghentian total pendudukan itu sendiri.
Pernyataan tersebut menyerukan untuk mengisolasi entitas pendudukan Israel dan menuntut pertanggungjawaban para pemimpinnya sebagai penjahat perang, alih-alih menawarkan perlindungan atau menormalisasi hubungan dengan rezim mereka.
Gerakan ini juga menegaskan bahwa pengakuan negara Palestina yang berdaulat penuh merupakan hasil alami dan sah dari perjuangan panjang rakyat Palestina. Mereka memandang semua langkah internasional menuju tujuan ini dengan penuh minat.
Dalam pernyataan terkait, Hamas menyatakan kesiapannya untuk segera kembali berunding, dengan syarat bantuan kemanusiaan dikirimkan kepada penduduk terdampak dan krisis kelaparan di Gaza ditangani. Kelompok ini memperingatkan tentang kelaparan yang tak tertahankan yang ditimbulkan oleh pendudukan Israel terhadap lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza, menggambarkannya sebagai ancaman paling parah bagi kehidupan mereka.
Hamas mengkritik kelanjutan perundingan dalam kondisi kelaparan. Mereka menyatakan bahwa perundingan semacam itu kehilangan makna dan efektivitasnya, terutama karena pihak Israel tiba-tiba menarik diri dari perundingan baru-baru ini tanpa alasan yang jelas. Saat itu, kedua belah pihak hampir mencapai kesepakatan.
Gerakan ini menyerukan kepada komunitas internasional dan aktor-aktor terkait untuk segera turun tangan guna menghentikan apa yang mereka sebut sebagai “pembantaian karena kelaparan”. Hamas menuntut pengiriman makanan dan bantuan kemanusiaan tanpa syarat dan segera ke seluruh Gaza, disertai jaminan keamanan pengiriman pasokan tersebut.
Berkomentarlah dengan baik dan bijak menggunakan facebook